CINTA
ITU EMERGENCY !!!
By : Afrilian Hasyimahsyazwan
“
CINTA, adalah hal yang unik jika di lihat dari dua sisi mata uang yang berbeda.
CINTA terkadang memberikan kekuatan bagi yang memahaminya secara utuh. Tapi
terkadang CINTA menjadi lemah ketika Si pemilik cinta meragukan Anugerah itu.
Yaa, CINTA itu Anugerah terbesar diseluruh jagad raya ini.
Bermodalkan
cinta saja tidak cukup, harus ada yang namanya tanggung jawab, saling
menghargai antar pasangan, bahkan harus punya modal materi untuk bisa membangun
sebuah CINTA yang sebenarnya.
Di
era modern yang serba glamour terkadang mereka para remaja di butakan dengan
cinta versi mereka. Berbagai duduk permasalahan yang terkadang membuat mereka
tak memiliki jalan lain selain mengakhiri hidup mereka atau hidup orang lain.
Semua itu karena CINTA versi mereka yang salah.”
Nama
ku Syazwan Azzahra, aku seorang penulis cerpen sebuah tabloid remaja di perusahaan surat kabar yang ada di Makassar. Meskipun
aku penulis cerpen romantis, tapi sebenarnya tidak seromantis perjalanan
cintaku hingga sekarang aku berumur dua puluh empat tahun. Hal tersulit yang
aku hadapi yaitu ketika akan saling berkomitmen antara aku dan dia, ada saja
halangannya. Di selingkuhinlah, di tinggal nikahlah, bahkan di porotin dan
ujung-ujungnya pun selesai begitu saja. Na’as bukan?
Tidak
sulit bagiku untuk mencari sosok pria yang akan mendampingiku kelak, hanya saja
yang sulit adalah mencari yang mampu bertahan meski di hantam badai dari sisi
manapun. Bahkan kriteia priaku pun tidak muluk-muluk, hamya mampu bertanggung
jawab layaknya seorang pria dan mampu membangun cinta dalam keluarga yang
Sakinah. Bahkan hal yang sesimple itupun gak bisa aku dapatkan di umurku yang
cukup matang dalam berkeluarga.
Beda
pemain beda pula kisah dan karakternya, kisah ku pun begitu, beda pria beda
pula ceritanya. Di ujung ingatanku yang tak pernah aku lupakan hingga hembusan
nafas ku sedetik yang lalu pun aku masih mengingatnya yaitu Galang. Kenapa
harus dia yang nyantol di ingatanku? Karena retorika cintanya aku pun tertarik
menjalin hubungan bersamanya. Galang orangnya perfect, stylist, sukses, dan
dimataku dia orangnya sopan,baik, pokoknya semuanya ada sama dia. Bahkan tak
terlihat sisi kekurangannya di mataku. Terkadang membuat iri sahabat-sahabat
dan rekan kerjaku. Setiap jam pesan BBM nya selalu ada, ingetin aku sarapanlah,
makan sianglah, makan malamlah, jangan terlalu capeklah dan sebagainya. Hal
yang diinginkan setiap cewek dalam suatu hubungan yaitu perhatian seperti itu.
Meskipun jarang ketemu dengan Galang setidaknya kita punya jadwal Nge-Date di
sela-sela kesibukan kita masing-masing.
Tak
pernah seharipun Galang melewatkan 1 hal yang aku sukai. Seperti biasanya,
sepagi ini karangan bunga dari Galang pun menghiasi meja kerjaku. Bagi Galang
karangan bunga itu bisa buat aku semangat kerja dan pengganti kehadirannya. Aku
tidak pernah menuntut banyak dari Galang, aku selalu mensupport dia, dan
terkadang aku datang ke kantornya membawakan makanan meskipun tidak pernah
ketemu karena selalu bertepatan dengan jadwal meeting nya.
Jumat
pagi aku sudah sibuk memilah-milah baju mana yang akan aku kenakan saat
Nge-Date sama Galang. Dan setiap hari jumat juga aku mendengar Jeritan Gita di
kamarku. Bagaiman tidak, kamar seperti kapal pecah kalau aku lagi memilah-milah
baju. Gita adalah adik bungsuku yang sekarang di bangku kuliah, dia yang
mengurus semua pekerjaan rumah jika aku sedang sibuk-sibuknya di kantor. Dan
tak jarang aku kena omelan adikku sendiri, karena kerjaanku hanya
mengobrak-abrik rumah.
Seingatku,
ini kencanku yang ke dua belas, karena sudah sekitar tiga bulan aku jadian
dengan Galang. Dan selama itupun semua berjalan mulus. Tak lama selesai
berdandan suara klakson mobil Galang mengagetkan ku. Akupun bergegas keluar dan
menghampiri Galang.
“ Maaf Lang, aku lama ya?” seraya masuk
ke mobil yang pintunya udah dibukain sama Galang.
“ Tidak juga, aku juga barusan sampai
ko’. Kita kemana hari ini princess?” tanya Galang dengan wajah cute nya itu.
“ Aku sih maunya ke tempat favorit aku,
gmana?” tanyaku manja.
Galang
sedikit menarik nafas dan kelihatan berpikir.
“ Tempat favorit? “
“ Iya, dikantor. Hehehe” kataku
cengengesan
Galang
pun geleng-geleng kepala seraya menyalakan mesin mobil. Dan hari itu hari
dimana hanya ada kata AKU dan DIA, tanpa ada kata PEKERJAAN. Seharian kami
hanya jalan, nonton dan makan. Yaah.. seperti itulah kegiatan kami ketika
Nge-Date.
Seminggu
berlalu, entah apa sebab musabab nya Galang kini sulit sekali untuk dihubungi.
aku telpon di reject, aku SMS tidak pernah ada balasannya. Di BBM juga Cuma di
Read. Aku bingung sama tingkah Galang yang tiba-tiba berubah drastis. Pernah
sekali aku datang ke kantor Galang, dan aku melihat galang mesra sekali dengan
Sutha teman kantor yang katanya adalah sahabatnya. “Apa sesama cowok harus semesra itu ya?” Gumamku dalam hati. Tapi
aku gak berpikiran macam-macam, aku pikir Gaalang berusaha menenangkan Sutha
yang kala itu terkena musibah.
Aku
hampiri Galang kala itu, dan tiba-tiba Galang tersentak karena kehadiranku. Dan
tiba-tiba Galang membentakku di hadapan Sutha, entah apa salahku baru pertama
kalinya Galang kasar terhadapku. Meskipun kelihatannya aneh, aku pikir aku yang
salah karena datang tanpa mengabari Galang, wajar saja dia semarah itu. Aku coba bicara baik-baik sama
Galang, tapi Galang enggan menatapku sedikitpun.
Di
setiap langkahku menuju rumah, hal yang aku pikirkan adalah Galang, kenapa
galang seperti itu? Sejak kapan galang sekasar itu? Khayalan ku buyar ketika
aku sadar kepalaku kejedot di tiang listrik,, “AAAHHH... sakit atuuh...” seraya mengelus-elus kepalaku. Untung
saja tidak ada yang melihat kejadian itu.
Ketika
cinta sudah mendarah daging, di hinapun sama Galang aku masih tetap
menyukainya. Masih berusaha sabar, hanya bisa menunggu amarah Galang meredah.
Keesekon harinya aku kembali menemui Galang, berniat menghibur Galang dan
meminta maaf, tapi ketika aku akan masuk ke ruangannya, aku terkejut saat
melihat di balik daun pintu, Galang bermesraan yang gak sewajarnya sesama laki-laki,
yaa Sutha yang aku kira adalah sahabat Galang. Kini aku tau semuanya, kini aku
tau jika Galang ternyata seorang Gay. Rasa sakit karena merasa di khianati
kekasih yang ternyata sama sekali tidak menyukai ku membuat rasa marah, kecewa,
bercampur jadi satu.
Pria
yang awalnya tak ada sedikitpun kekurangan di mataku, ternyata menyembunyikan
rahasia besar yang tidak aku sangka. Pria yang sempat mengajakku berkomitmen
menjalani hubungan yang serius, kini hanya sebuah retorika palsu belaka.
“Kenapa harus Gay? Apa aku ini tidak
cukup mengisi kekosonganmu selama ini?”
Gumamku. Ternyata menjalin hubungan denganku hanya sekedar formalitas belaka.
Hati yang seutuhnya aku berikan dan aku percayakan kepada Galang, kini hancur
berkeping-keping.
Entah asal muasalnya dari mana aku bisa mendapatkan pria
seperti Galang, yang begitu sempurna dimata para wanita. Aku hampir melupakan
hal itu.
Sejak
saat itu aku begitu selektif dalam memilih pria. Trauma ini seakan-akan membuat
aku belajar dalam mengartikan Cinta yang sebenarnya. Status Jomblo pun
tersandang dalam diriku.
Mungkin
ini yang dikatakan Cinta itu Emergency, begitu menggebu-gebu saat pandangan
pertama, hingga akhirnya menjadi kecewa stadium akhir.
SEKIAN....