Minggu, 21 September 2014

Cerpen terbaru September 2014


GADIS SKIZOFRENIA DAN SOSOK MISTERIUS

By: Afrilian Hasyimahsyazwan

Tatkala suatu ketika aku benar-benar terpuruk oleh dia sang mantan, Tiba-tiba datang Pangeran berkuda putih menghampiriku tanpa ragu. Awalnya aku tak sedikitpun menggubrisnya, namun dari hari ke hari dia terus saja menghampiriku secara misterius. Tadinya aku sempat mengira Aczha itu gak nyata, aku mengira dia itu halusinasiku saja. Namun, aku baru menyadari nya ketika aku memasuki tahun ke Empatku di bangku kuliah, sejak awal aku memasuki bangku kuliah Orang yang pertama kali menyapaku dengan senyumannya di kertas MEMO  yaitu Aczha. Aku pikir dia itu senior dengan tipe-tipe murahan seperti kebanyakannya, tipe-tipe suka nyari muka depan junior tanpa ada rasa tau dirinya kalau mereka terlalu tua untuk berlaku ke kanak-kanakan.
Di akhir study ku ini aku mulai merasakan kalau Aczha itu bener-bener nyata,bener-bener manusia dan bukan halusinasiku saja. Namun untuk apa dia terus mengikutiku selama Empat tahun ini? Apa dia jelmaan dari sosok pria yang begitu aku idam-idamkan yang datang tanpa seizinku? Atau mungkin dia itu pria halusinasiku? Apa benar-benar halusinasiku saja? Huuuffftt…Aku menarik napas panjang. “My Name Is ACZHA”  Kalimat itu tiba-tiba nongol di depan kaca mobilku, dia ngenalin namanya ke aku? Terus aku harus ngapain? Apa aku juga harus bales MEMO yang dia kasih ke aku? Aaah.. yang bener aja sih tuh orang. Jadi salah tingkah aku mah.
“Hey..MAMACITA Naega Ayayayaya..
Janinhage kkaejyeo beorin kkumi Ayayayaya..
Mwonga muneojigo tteonasseo..
Nunmulmajeo da memallasseo..
Gamtureul sseun ja mugereul neukkyeo..
You Cant do that..”
Duduk di beranda rumah sepagi ini dengan di temani musik penyemangatku. Aaah…yang bener saja nih, Oppa-Oppa yang keren itu selalu saja Nge-Dance di pelupuk mata ku,di temani dengan secangkir kopi aku pikir “Gak buruk juga”. 7:30 aku harus ada di kampus,dan lagi-lagi selembar kertas Memo berwarna Merah jambu tertempel di depan kaca mobilku yang isi nya …
“ Raut wajah datarmu sejak aku pertama kali melihatmu sampai detik ini gak pernah berubah, itulah hal unik yang aku dapatkan dari sosok RARA.. tetap seperti itu dan jangan pernah berubah, sebab aku tak pernah bosan menatap raut wajah yg begitu mempesona.”
                                                                    Tertanda: Pangeran berkuda Putih.
Aku hanya bisa terbengong-bengong membaca Memo itu, “Ntuh orang sarap ya. Gak di kampus, gak di rumah, gak di Studio, terus aja  nongol tapi tanpa jejak, Alien kali ya..!!!” Gerutuku dalam hati. Dalam sehari paling banyak Lima Memo yang dia kirim ke aku,selama Empat tahun loh. Sejak kejadian di hari itu, Aczha yang mengaku sebagai Pangeran Berkuda Putih mulai mengirim Memo yang berisikan kata-kata semangat, menghibur dan lain sebagainya, dan dari hari ke hari itu kini mulai jadi kebiasaannya hingga Empat tahun. Namun sekalipun aku gak pernah melihat wajahnya.
Aku pun bergegas ke kampus karena aku harus lebih duluan datang dari dosen pembimbingku, sepagi ini berada di kampus rasanya merinding-merinding gimana gitu, tak terlihat seorangpun di koridor fakultas, bahkan para cleaning servis fakultas pun gak luput dari perhatianku, sumpah gak ada orang satupun. Angin semilir di pagi ini membuat bulu kudukku berdiri. Daun-daun kering berjatuhan dari pohonnya, dan suara pintu fakultas yang berbunyi karena tiupan angin membuat Imanku mulai goyah. Ku ambil Earphone kesayanganku dan memasang musik sekencang mungkin untuk mengusir rasa takut ku pagi ini.
Tiba-tiba selintas aku melihat sosok Pria mengenakan kemeja bermotifkan kotak-kotak berjalan menuju ke arahku dan menyenggolku sampai aku tersungkut ke lantai. Seketika itupun buku-buku ku berhamburan di lantai. Orang itu setengah jalan melewatiku tiba-tiba berbalik arah dan memungut semua buku-buku ku dan mengulurkan tangannya untukku.
“ Maaf aku terburu-buru sampai gak melihat ada orang di hadapanku, aku benar-benar minta maaf Rara. Lain kali kita ngobrol bareng ya,aku duluan.” Seraya berlari ke ruang jurusan.
Aku pun seketika berdiri dan mengejarnya kearah yang sama, namun herannya tak ada satupun orang berada di lorong itu, ku coba membuka pintu ruang Akademik jurusanku ternyata masih terkunci rapat, aku mencobanya berulang-ulang namun tetap saja nihil. Kemana perginya orang itu? Aku gak mungkin salah lihat. Apa aku lagi berhalusinasi?
“Aaah.. tidak mungkin, itu nyata, dia menabrakku dan berlari ke ruangan itu. Tak ada ruangan lain setelah ruangan akademik itu, itu ruangan paling ujung di lantai dasar dan gerbang masuk ke kelas belum terbuka, lantas kemana perginya Pria itu?.” Pikirku
Tak lama kemudian mahasiswa lain mulai bedatangan, namun aku masih saja teringat akan kejadian beberapa jam yang lalu. Jika kali ini aku benar-benar berhalusinasi, aku harus segera ke Psikiater. Mana mungkin aku bisa menyelesaikan Skripsi ku dengan keadaan jiwa ku yang gak tenang gini. Ayah-Bundaku sudah tidak sabaran mendampingiku saat wisuda nanti,dan selalu menelponku setiap seminggu sekali, di tambah penyakit halusinasiku ini yang membuatku hampir saja gila,masalah Aczha si Pangeran berkuda Putih dan Pria misterius yang tiba-tiba hadir dalam hidupku. Aku berjalan menuju ruangan dosen dengan beban pikiran di kepalaku yang bertumpuk-tumpuk,dengan tatapan setengah kosong, serasa Migran menyerangku, dan tiba-tiba……
Aku terbangun karena bau obat-obatan yang begitu tajam terhirup olehku, aku yang tidak begitu menyukai bau obat terpaksa harus terbaring lemas dengan cairan Infus mengalir di tubuhku. Dan aku terkejut saat aku siuman wajah yang pertama aku lihat adalah wajah Pria yang tadi pagi menabrakku di koridor fakultas.  Meski masih samar-samar, namun aku yakin dengan kemeja itu, tatapan itu, aku yakin dia pasti pria misterius itu. Namun karena masih merasa pusing aku kembali memejamkan mata sejenak hingga aku merasa baikan. Ketika aku membuka mata sekali lagi, pria itupun lenyap dari pandanganku. Yang terlihat olehku hanyalah Dinda sahabatku. Dinda memegang erat tanganku dengan terisak-isak, bagi Dinda aku sangatlah berharga buatnya, karena aku selalu ada baik saat Dinda senang maupun berduka. Aku berbisik kearah dinda mengatakan kalau aku baik-baik saja.
          Setelah di rawat Tiga jam di poliklinik kampus aku merasa baikan dan Dinda mengajakku untuk makan siang. Nah aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya ke Dinda apa dia bersama seorang pria di ruangan pasien tadi atau Cuma sendirian, jantung ini serasa mau copot saat Dinda menjawab tak seorang pun selain dia yang berada di ruang pasien tadi pagi.
“Lantas apakah aku berhalusinasi lagi?”
Saat Dinda memesan makan aku mencoba meraba-raba tasku..mencari peniti untuk memperbaiki Jilbabku, namun, bukan peniti yang aku dapat melainkan Kertas Memo berwarna merah jambu yang ada di tanganku yang isinya:
“ Maaf atas sikapku yang membuatmu tak tenang, aku hanya mencoba lebih dekat lagi denganmu RARA, maaf kan aku, aku akan selalu melindungimu.”
                                                                   Tertanda: Pangeran Berkuda Putih
Jemariku mulai gemetaran lagi, aku betul-betul gak bisa menjelaskan bagaimana keadaan batinku saat itu. Dalam hatiku aku ingin bertemu dengan pria misterius ini dimana pun dan kapanpun, aku ingin mendengar lebih jelas penjelasannya. Jika dia bukan halusinasiku, aku yakin dia pasti datang menemuiku. Aku sengaja menulis Memo dan meletakkannya di meja kafe itu agar dia bisa membacanya.
Seminggu setelah aku menulis Memo itu di meja kafe, aneh nya pria misterius itu gak pernah muncul lagi. Dan Pangeran berkuda putih itu pun tidak pernah lagi mengirim Memo kepadaku. Apakah mereka orang yang sama?  Mungkinkah sosok pria di koridor fakultas itu adalah Pangeran berkuda putih? “Aczha..Aczha..Aczha..Pangeran berkuda Putih, dan Pria Misterius..” Hanya mereka yang ada di pikiranku sekarang, mereka itu makhluk yang hidup dalam halusinasiku tanpa ada persetujuan dariku. 
Dan seminggu pula aku terbaring lemas di kamar, aku bisa merasakan betapa sedihnya Bunda melihat keadaanku yang kian hari kian memburuk, begitupun dengan Dinda sahabatku yang tak pernah semenitpun meninggalkan aku. Alasan aku di rawat di rumah karena aku yang tidak begitu tahan dengan suasana rumah sakit yang berbau obat-obatan. Dinda mengatakan kepadaku kalau aku baru saja siuman semenjak tak sadarkan diri Lima hari yang lalu, namun aku merasa hanya seperti tidur selama Empat jam, dan aku sudah menghabiskan tujuh botol Infus. Meskipun mataku terpejam dan tak sadarkan diri, aku masih bisa melihat Pria misterius itu, hal itu seperti nyata, dia menggenggam tanganku, dia tersenyum tepat di hadapanku, tapi mendengar apa yang di katakan Dinda tadi, aku rasa aku hanya bermimpi.
Beberapa hari sebelum aku terbaring sakit, aku menyempatkan diri konsul ke dokter psikiater yang juga adalah pamanku, aku menceritakan semua kejadian yang aku alami semenjak Empat tahun belakangan ini yang aku anggap bukan hal yang serius. Paman menganjurkan aku untuk melakukan pengobatan terapi, namun aku menolaknya, alasannya aku tak ingin membuat Ayah dan Bundaku khawatir, dan aku juga sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsiku. Kata paman Aku mengidap Skizofrenia tahap awal, dimana gejala aktifnya yaitu aku sering berhalusinasi Tentang Pria yg bernama Aczha yang selalu mengirimkan aku kertas Memo dan menunjukkan dirinya di hadapanku sesekali. Kertas memo yang bagi ku nyata namun bagi Dinda itu tak nyata sebab dia tak pernah sekalipun melihatnya jika aku menceritakan hal itu kepadanya.
 Namun masalah yang lebih besar dari halusinasi itu adalah ketika aku tak mampu berpikir jernih dan selalu menganggap bahwa Aczha dan pria misterius itu adalah makhluk yang nyata. Trauma yang aku alami Empat tahun yang lalu membuat bekas yang begitu mendalam di ingatanku sehingga aku mampu menghadirkan sosok penyayang, sosok pemerhati yang selalu hadir di setiap aku menginginkannya. Trauma akan pengkhianatan Pria yang begitu aku cinta bahkan pria yang telah bertunangan denganku akhirnya meninggalkan aku demi wanita yang baru dia kenal saat pertama kali masuk perguruan tinggi.
Begitu terpukulnya bunda setelah mendengarkan apa yang di katakan oleh paman. Paman juga mengatakan bahwa Skizofrenia adalah penyakit yang hanya sembuh seratus persen dari keinginan si pasien, ketika si pasien semakin terpuruk dengan halusinasinya maka pasien akan semakin ketergantungan dengan sosok yang ia hadirkan sendiri.
Inilah aku, Syazwan Azzahra yang akrab di panggil Rara. Dengan segala keterbatasanku aku berusaha sekuat tenaga untuk bangun dari mimpi buruk yang tak pernah terbayang sedikitpun. Dua minggu berlalu aku semakin sering mendapatkaan kertas Memo itu di kasurku, dengan untaian kalimat yang berbeda-beda. Aku pun semakin sering melihat pria itu di rumah, baik itu di halaman, di ruang tamu, bahkan di kamarku menjelang aku tidur. Pernah sekali pria itu mengatakan bahwa dia adalah pria yang sama.
“Aku, pria berkuda putih dan sosok bernama Aczha adalah orang yang sama, akulah yang selalu menemanimu selama ini, aku pula yang sengaja menabrak mu saat di koridor fakultas, aku hanya mengagumi dirimu. Aku ini nyata bagimu Rara, aku ini nyata.” Ucap pria itu dengan nada setengah membentak.
“ Gak, kamu gak nyata Aczha, kamu hanyalah sosok halusinasiku. Ku mohon jangan pernah hadir lagi dalam kehidupanku, tidak puaskah kamu selama Empat tahun ini selalu berada di balik bayanganku?” Ucapku seraya mengusap air mata.
Tanpa sepatah katapun sosok itu berjalan keluar dari kamarku dengan meninggalkan secuil senyuman di wajahnya. Dinda yang sedari tadi mendengarkan percakapanku seorang diri langsung memelukku dengan erat seraya berbisik “gak papa, kamu akan sembuh ko’ Rara. Terus saja berkomunikasi dengannya.” Dinda mengelus rambutku. Tak ada yang membuatku merasa sangat bahagia di dunia ini selain memiliki dinda yang begitu tulus padaku dan Ayah-Bunda yang begitu menyayangiku.
Suatu hari pada saat aku menjalani terapi pengobatanku, tiba-tiba aku histeris gak karuan, sesekali aku melihat sosok Aczha, namun yang aku lihat kali ini sosok Aczha diman-mana, mereka menatapku dengan senyuman hanya saja aku merasa ngeri melihat mereka. Sosok yang awalnya selalu menemaniku mengapa kini seakan-akan menerorku?. Karena tingkahku yang tiba –tiba seperti itu dengan terpaksa aku di berikan Diazepam (Obat penenang). Dan akhirnya dengan terpaksa pula  perawatanku di pindahkan ke rumah sakit agar lebih intensif. Tak ada seorang pun yang bisa menjengukku tanpa seizin Dokter,  bahkan Ayah dan Bunda sekalipun. Kemana mana aku harus di kawal, hmm..begitu membosankan.
Dua bulan aku menjalani pengobatanku di rumah sakit membuat aku mulai terbiasa dengan bau obat-obatan. Dengan melihat kondisiku yang kian membaik, dokter merencanakan kepulanganku besok pagi. Semenjak keluar dari rumah sakit aku tidak lagi melihat Aczha.
“akhirnya aku mampu menyembuhkan diriku sendiri, aku mampu melenyapkan sosok Aczha.  Dan mulai sekarang aku bisa fokus pada kuliahku yang sempat terbengkalai.” Pikirku
Tiga bulan berlalu, saat aku mengendarai mobilku dengan terburu-buru karena tidak ingin terlambat menjemput Dinda di rumahnya, Tiba-tiba sosok Aczha muncul tepat di sampingku. Aku yang terkejut dengan hal itu gak bisa berbuat apa-apa, tiba-tiba aku menabrak pohon yang ada di pinggir jalan. Gak ada yang parah dengan kecelakaan itu, hanya mengalami geger otak ringan. Saat aku sadar di ruang UGD Dinda menangis seakan-akan aku mau mati saja. Saat itu hanya satu kalimat yang bisa aku ucapkan ke Dinda, “A..A..Ac..zha... dia ada di sampingku” aku pun kembali tak sadarkan diri.
Lagi-lagi setelah aku melihat Aczha, tiba-tiba kertas memo merah jambu itu ada di genggamanku. “Untuk terakhir kalinya aku datang untuk melihat mu, aku akan pergi sesuai dengan keinginanmu. Kamu benar, aku adalah sosok halusinasi yang kamu buat dari trauma masa lalu mu, awalnya kamu sendiri yang menginginkan aku hadir dalam kehidupanmu untuk mengisi kekosonganmu, maka aku hadir dalam dunia halusinasimu. Kini aku pergi karena kamu pula yang menyuruhku untuk pergi. Selamat tinggal Rara”
“Selamat tinggal Aczha..” Air mataku tak henti-hentinya menetes, bahkan begitu sakit di bandingkan saat aku di khianati mantan kekasihku.
Satu tahun berlalu, kini aku sudah wisuda, dan gelarku sebagai sarjana hukum pun telah ku dapatkan, begitupun dengan Dinda yang lebih awal di wisuda dari pada aku. Dinda mengirimkan aku pesan bahwa dia menunggu ku di bundaran kampus, tanpa pikir panjang aku pun bergegas menemui sahabatku itu. Hmm.. lagi-lagi dia memelukku dengan erat, itu sangat membosankan.
          “Rara, ada yang mau ketemu sama kamu,bentar ya aku panggilin orangnya.” Seraya mengerlingkan matanya.
“Owalaah… kamu jadi genit gitu,ngeri aku mah ngeliatnya.” Kataku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Tak lama Dinda datang dengan membawa pria di sampingnya, dan kata dinda pria itu pengagumku, dia tertarik kepadaku saat membaca Novel perdanaku mengenai Skizofrenia. Namun yang membuat aku tercengang yaitu wajahnya mirip dengan sosok Aczha yang aku kenal satu tahun yang lalu, apakah ini halusinasiku lagi? Ahh..tidak.. kali ini dia nyata. Hanya saja nama pria yang ada di depan ku ini beda, AMAR dan bukan ACZHA.
Mau gak mau aku harus mampu membuka hatiku untuk orang lain, kali ini untuk yang benar-benar konsisten dalam menjalin hubungan denganku.  Jika Amar mampu menciptakan bahagiaku kenapa gak? Yang aku butuhkan bukan janji palsu yang gak bermartabat, tapi wujud dari apa yang dinamakan Action. Dan akhirnya dari semua hal yang aku katakan itu aku dapatkan dalam diri Amar. Ya,  Amar sang jelmaan dari sosok Aczha, “Pria halusinasiku.”

3 komentar:

  1. Cerpen yang sangat bagus, menginspirasi untuk bangkit, sebuah hikmah yang terselip adalah mengenai kekuatan Alam bawah sadar yang mampu seharusnya kita kendalikan. Karena itu adalah kunci Sukses sebuah hidup itu dari sisi cerita cerpennya, kalau dari segi penulisan sudah sesuai motif alur cerita yang tersinkronisasi sesuai dengan runtutan jadwal kejadian. so saran saya saya tunggu cerpennya lagi,,kalau bisa tambahain karakter si penulisnya April ya,,ganbatte ! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gomawo kk Aczha... InsyaAlloh bulan depan lagi... makasih untuk namax... ^_^

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

 

Goresan Pena Ashima Template by Ipietoon Cute Blog Design